BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 02 Maret 2014

#22, Harus bagaimana?

Aku tidak terlalu suka acara tv itu sebenarnya, ai. Tapi berhubung di jam itu adanya sinetron yang lebih aku gak suka, akhirnya aku hampir selalu menonton acara tv satu itu. Biasanya mereka hanya melucu. Berharap tawa penonton sebagai bayaran mereka. Memastikan yang mereka lakukan memang lucu. Padahal mungkin, penonton itu tertawa karena dikomandoi untuk tertawa. Jadi mereka hanya pura-pura? Yah, itu tidak penting.

Acara di tv itu hari ini menyentilku. Ceritanya tentang mantan yang jadi awkward. Katanya, si cewek nyuekin si cowok setelah mereka putus. Kalo ketemu diem aja. Malah katanya suka menghindar padahal mereka satu band. Jadinya malah bandnya gak jalan gara-gara si cewek menghindar mulu.

Menurutmu bagaimana, ai? Apa sekarang si cewek seharusnya biasa aja kalo ketemu si cowok? Tapi, ai. Bagaimana jika ternyata si cewek menghindari si cowok karena pacar si cewek cemburuan? Bagaimana jika ternyata si cewek merasa bersalah karena memutuskan si cowok dan mengira bahwa berkata-kata hanya akan menyakiti si cowok lebih lagi? Bagaimana jika si cewek mengira si cowok masih mencintainya dan memutuskan bahwa berkata-kata akan membuat si cowok lebih susah melepaskannya?

Ya, ya.. aku tau, kamu pasti kesal karena merasa si cewek begitu besar kepala, kan? Bisa saja si cowok memang sudah biasa saja dengan semuanya. Bisa saja si cowok sudah tidak memiliki perasaan apa-apa. Bisa saja si cowok sudah melepaskan kenangan mereka.

Tapi bagaimana si cewek bisa memastikan, ai? Bagaimana si cewek tau bahwa bersua dan berkata-kata tidak akan membuat si cowok sakit?

Bertanyakah, ai? Lalu bagaimana jika dengan bertanya itu saja sudah menyakiti?

Lalu aku? Aku harus bagaimana bila harus bertemu denganmu? Dua tahun menghindarimu sudah cukup, kah? Sudah bisakah aku bertemu denganmu lagi? Sudah bisakah aku berbicara denganmu lagi?

Yang masih saja bingung harus memerankan skenario yang mana saat ada kemungkinan bertemu denganmu,

X

0 komentar: