Semarang, 29 Juli 2016
Apa
kabar, kamu yang dulu selalu ada di sudut kelas, tertawa dengan teman-temanmu?
Kamu yang mampu membuatku tersenyum hanya dengan hadirmu. Kamu yang membuatku
gelisah, merana tak menentu saat aku tak dapat menemukan sosokmu di mana pun
itu. Kamu yang membuatku tertawa dengan gombalan basimu.
Apa
kabar, kamu yang selalu ada di hari-hari aku merasa lemah? Kamu yang bersedia
mengantarku ke dokter saat aku tidak masuk kuliah dengan alasan sakit yang
sebenarnya kubuat-buat. Kamu yang mengantarku ke stasiun, mengejar kereta,
untukku pulang ke rumah. Kamu yang menghapuskan air mata di pipiku saat aku
menangis. Kamu yang selalu menjadi sasaran kemarahanku saat emosiku memuncak.
buat kisah cintamu semanis Caramel Macchiato |
Apa
kabar, kamu yang selalu baik hati? Pada semua teman perempuanmu. Pada setiap
sahabat lelakimu. Pada orang tua dan anak kecil. Pada orang berpunya dan papa. Oh,
salahkan aku yang jatuh cinta pada kebaikan hatimu. Salahkan hatiku yang salah
mengartikan perhatianmu. Salahkan air mata yang menetes di setiap do’aku karena
masih saja mengharapkan kamu.
Aku
masih ingat terakhir kali kita berjumpa, kamu nampak curiga apabila rasaku tak
sama dengan rasamu. Aku tau kamu hanya menganggapku sebagai sahabat yang berharga.
Sebuah kenyataan yang kutelan dengan pahit karena aku mengharapkan rasa yang
lebih. Rasa yang ingin kusimpan rapat-rapat sampai aku dapat memastikan bahwa
kamu memiliki rasa yang sama.
Kemudian,
tampaknya aku memang tak pandai menyembunyikan rasa. Harapanku terlalu meluap
hingga kamu dapat merasakannya tanpa aku harus mengucapkannya. Sungguh, Aku
menyesalinya. Andaikan aku lebih pandai menyembunyikannya, tak perlulah kuhitung
berapa banyak purnama yang berlalu sejak kau tak mengacuhkanku lagi begini.
Kamu terlalu baik. Tak ingin membuat harapanku melambung dengan
perhatian-perhatianmu. Tapi jujur, malah membuatku lebih merana daripada
menggantungkan perasaanku.
Jika
boleh aku memilih, tak apa kau tak mengacuhkan perasaanku. Asalkan kau tetap
ada di sampingku. Andai aku boleh memilih, tak apa aku tetap jadi sahabat yang
berharga bagimu. Asalkan kau tetap memperbolehkanku mengagumi dirimu lebih dari
itu. Jika aku boleh memilih, tak apa aku berkali-kali patah hati melihatmu
dengan wanita lain. Asalkan kau tetap mengijinkanku berada di sisimu, mendengar
keluh kesahmu. Itu, jika aku memiliki hak untuk memilih alur ceritaku denganmu.
Hai.
Apa kabar, kamu yang namanya selalu ku
sebut dalam do’aku? Ini aku, sahabatmu, merindukanmu setengah mati hanya untuk
dapat mendengarkan suaramu. Ini aku, pengagum rahasiamu, yang mati-matian
membunuh cintaku, agar dapat kembali ke sisimu, jika memang harus begitu.
Secret admirer yang masih ingin menjadi sahabatmu,
X