BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 24 Desember 2013

#10, Kolot

Ai : Kamu dimana sip?
Sipoet : Di kos,,
Ai : sibuk?
Sipoet : enggak
Ai : keluar bentar, aku tadi titip sesuatu sama temen.. aku minta anterin ke kosmu
Sipoet : Oke..
Tapi di sana ternyata ada kamu, membawakan bunga, memintaku menjadi pacarmu, sekali lagi. Bagaimana aku bisa menolak hal seperti itu? 


Dear, ai,.
Itu yang aku bayangkan akan kamu lakukan setiap kamu libur kuliah. Aku mengharapkan kamu datang membawakanku kejutan. Membuatku kehilangan kata-kata. Membuatku bingung harus menangis atau tertawa. Lucu, kan, khayalanku itu? Hahahaha..

Sayang sekali khayalan hanya akan menjadi khayalan. Kamu bilang kamu bukan orang yang suka memberikan kejutan. Sejujurnya, aku pun tidak menyukai kejutan yang tidak dapat aku perkirakan. Hahahaha.. Baiklah, aku aneh. Kalo sudah dapat aku perkirakan, tentu saja bukan kejutan lagi kan, namanya. Lagi pula hidup ini bukan drama yang seperti itu. Penuh kepura-puraan? Begitu kan menurutmu?

Sungguh, ai. Saat itu aku benar-benar menginginkanmu. Sampai gemas rasanya. Seharusnya aku saja ya yang bilang padamu waktu itu. Seharusnya aku jujur saja. Apa susahnya, kan?

Ah, tapi setelah aku pikir-pikir,. Susah. Egoku ini terlalu tinggi, ai.. Mana mungkin aku mau mengatakannya padamu. Bukankah wanita hanya menjawab. Bukankah pria yang meminta? Hahaha.. Kolot sekali aku ini.


si kolot,

X

Senin, 16 Desember 2013

#9, Melodi hujan

Dear ai,
Hujan.
Sore ini hujan dan aku terjebak di kelas. Di sekitarku ramai sekali. Teman-temanku bercanda dan tertawa. Membahas film atau berdiskusi tentang kuis tadi. Tapi telingaku menjadi tuli. Rasanya sepi.  Aku menatap hujan yang jatuh melalui jendela. Teringat tentang kamu.

Dulu, dulu sekali. Pernah kita menunggu hujan berhenti di depan kelas sepulang sekolah. Bersisian. Sama-sama memandang hujan yang membasahi rumput di lapangan. Tapi dalam diam. Seolah kita tidak ingin mengganggu yang lain mendengar suara hujan. Seolah sedikit suara akan merusak melodi indah yang hujan ciptakan di sekitar kita.

Suara hujan yang ini berbeda, ai. Entah apa. Aku merasa ada yang kurang. Sedikit sumbang. Mungkin karena kamu tidak ada di sini?


Penyuka hujan dan kamu,

X

Senin, 09 Desember 2013

Mimpi

Aku memimpikanmu

Mimpi dalam tidurku semalam

Maukah kamu datang lagi di mimpiku malam ini?

Selasa, 26 November 2013

#8, De javu

Dear, ai,.
Apa kabar? Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kamu sudah dapat berdiri tegak tanpa menoleh ke belakang lagi? Apa kenangan tentang kita sudah tidak mengganggu pikiranmu lagi? Apa kita bisa menjadi biasa dan ngobrol seperti dulu lagi?

Ai,. hari ini aku seperti dibawa kembali ke masa lalu. Saat kita teman yang sangat dekat dulu sekali. Ingat kita saling bercerita di belakang yang lain tapi aku selalu berpura-pura cuek di depan? Aku melakukannya lagi, ai. Sama seperti dulu, dekat di belakang, cuek di depan. Saling peduli, saling memperhatikan. Tapi hanya itu. Tidak lebih.

Dulu teman-teman kita mengatakan padaku kalau kamu menyukaiku. Sekarang pun temanku dengannya mengatakan kalau dia menyukaiku. Dulu, kamu bilang aku jahat karena hanya berbicara di belakang yang lain. Karena mempermainkan cinta yang kamu berikan padaku. Sekarang, teman-temanku yang bilang aku jahat karena mempermainkan hatinya.

Rasa senang. Rasa khawatir. Rasa takut kehilangan. Rasa rindu. Rasa malu. Rasa suka. Rasa c.. ah, tidak, cukup sampai di suka saja yang sama. Semua rasa tadi, yang pernah ada untuk kamu, muncul kembali. Deja vu. Tapi hanya sampai situ. Tidak ada rasa ingin memiliki. Tidak ada cinta. Hanya itu. Apa salah?

Hahahha,. Ya ampun, ai. Apa aku memang perempuan jahat yang suka mempermainkan hati lelaki? Apa salah memperhatikan dan minta diperhatikan tanpa lebih dari itu? Apa semua memang harus YA atau TIDAK?


From your heartbreaker,

X

Kamis, 21 November 2013

#7, Ternyata

Dear ai,
Dulu kamu selalu ada, paling enggak sebentar setiap hari aku melihat kamu muncul di kanan bawah layar laptopku.
Akhir-akhir ini tidak.
Malam ini baru aku tau,.
Ternyata kamu memang tidak menampakkan dirimu.
Apa hanya padaku?
Apa pada semua orang?



Dari yang ingin melihat kamu,

X

#6, Hate Love

Kamu pernah menulis bahwa kamu membenci cinta..
Cinta yang mana, ai?
Apa aku?


Dari yang ke ge er an

X

#5, I do- Colbie Caillat

It's always been about me, myself, and I
I thought relationships were nothing but a waste of time
I never wanted to be anybody's other half
I was happy staying out of love, it wouldn't last
That was the only way I knew 'til I met you

You make we wanna say
I do, I do, I do, do do do do do do doo
Yeah, I do, I do, I do, do do do do do do doo
Cause every time before it's been like
Maybe yes and maybe no
I can live without it, I could let it go
Ooh what did I get myself into?
You make we wanna say I do, I do, I do, I do, I do, I do

Tell me is it only me
Do you feel the same?
You know me well enough to know that I'm not playing games
I promise I won't turn around and I won't let you down
You can trust I've never felt it like I feel it now
Baby there's nothing, there's nothing we can't get through

So can we say
I do, I do, I do, do do do do do do doo
Oh baby, I do, I do, I do, do do do do do do doo
Cause every time before it's been like
Maybe yes and maybe no
I won't live without it, I won't let it go
What more can I get myself into?
You make we wanna say

Meet my family, how's your family?
Ooh, can we be a family?
And when I'm eighty years old I'm sitting next to you

And we'll remember when we said
I do, I do, I do, do do do do do do do
Oh baby, I do, I do, I do, do do do do do do do
Cause every time before it's been like
Maybe yes and maybe no
I won't live without it, I won't let us go
Just look at what we got ourselves into
You make we wanna say I do, I do, I do, I do, I do, I do,
Love you



Dari yang pernah berpikir 'i do want us to be a family'

X

Rabu, 20 November 2013

#4, Obrolan dini hari

Dear ai,.
Kamu ingat sering menemukanku di facebook tiap dini hari? Aku tidak tidur semalaman. Entah itu sedang mengerjakan sesuatu. Entah itu karena aku sedang belajar untuk ujian esoknya. Entah itu hanya menunggumu. Iya, menunggu iconmu muncul di daftar chatku dengan lingkaran warna hijau. Menunggu kamu online untuk bisa bercerita macam-macam denganmu. Cerita tentang kuliahku. Tentang kucing dijalan. Tentang cuaca yang dingin. Tentang selimutku yang hangat. Tentang hujan. Tentang artis korea kesukaanku. Tentang film. Tentang lagu. Tentang langit. Tentang semua hal yang terlintas dibenakku saat itu (Ah, kenapa semua tentang aku ya?). Atau tentang hal yang aku paksa melintas dibenakku. Hahaha.. Sampai seperti itu aku menginginkan obrolan kita, ai.

Kemudian kita berbicara tentang masa lalu. Kemudian tentang masa sekarang. Kemudian tentang masa depan. Kadang aku marah tanpa sebab. Kebodohan yang aku lakukan karena seharusnya saat itu aku sudah tidur, bukannya bangun dan ngobrol denganmu. Kadang aku meracau tidak jelas. Kadang aku menjadi gila. Tapi kalau tidak dini hari begini, aku akan lama sekali mendapat balasanmu. Menunggu balasanmu sepanjang hari itu menyesakkan. Berharap dengan cemas apa kamu akan sekedar membaca lalu melupakan. Apa kamu akan membalasnya. Lebih baik dini hari begini. Aku tau kamu ada. Kamu tau aku ada. Kita tau kita ada untuk saling menjawab dan berbicara.

Aku suka perdebatan kita tentang apa saja. Kadang-kadang saat kamu berpendapat bagus tentang sesuatu, aku akan memilih sebaliknya. Dengan begitu, kita akan berbicara lebih lama. Membandingkan apa pun yang bisa kita bandingkan sampai akhirnya, kamu akan mengalah. Atau kita berdua sampai pada titik bahwa hal tersebut memang memiliki sisi baik dan buruk. Terserah orang mau memilih yang mana. Bagaimana dengan kita, ai? Menurutmu cerita ini baik untuk dilanjutkan atau sampai di sini saja?



Yang masih menunggu sapaanmu di dini hari dan setiap waktu,

X

refleksi diri atau mempertanyakan diri sendiri?

"Ada tugas gak? mbok dikerjain to daripada tidur"
"Lha katanya banyak tugas, malah baca komik/novel"
"Welah,. katanya mau ngerjain tugas, kok malah main game"

Kalimat-kalimat diatas, dan yang mirip, sering banget aku dengar untuk aku dan gak cuma dari satu orang. Jawabanku satu, "ntar lah,. masih ada waktu." Lalu hingga waktu itu menipis aku masih sempat-ssempatnya menjawab seperti itu. Hebat banget kamu, Put! HEBAT!!

Akhirnya, saat waktu benar-benar sudah berlalu, aku baru sadar bahwa banyak yang harus dikerjakan. Banyak yang bisa aku lakukan untuk membuat tugas itu sesempurna mungkin. Banyak sebenarnya yang bisa aku tambahkan supaya tugas itu jadi lebih baik. Tapi waktunya habis. Rasanya waktu berdetak semakin cepat sampai aku hampir lupa cara bernafas karena otakku fokus untuk ngerjain tugas. Fokus yang kurang fokus karena aku panik.

Jadi bagaimana supaya aku gak cuma sadar pas akhir-akhir doang begini? BAGAIMANA???

Minggu, 17 November 2013

#3, Senyum wortel

Dear ai,
Saat kita berjauhan aku begitu ingin bertemu denganmu. Sangat sangat sangaaaat ingin bertemu denganmu. Mendengar suaramu. Berbicara denganmu. Melihat senyummu. Tersenyum balik padamu. Mendengar tawamu. Tertawa bersamamu. Kamu ingat tiap beberapa bulan sekali ke sini? Kamu ingat aku hampir selalu ada? Aku selalu berusaha untuk ada, ai. Sebentar saja bertemu denganmu. Sebentar saja melihat wajahmu. Menyenangkan sekali waktu sesekali beberapa bulan itu. Saat pulang, senyum akan terukir jelas di wajahku. Senyum itu akan bertahan sampai beberapa hari karena aku membawa ceritaku dengan kamu.

Sayangnya, aku tidak bisa jujur. Entah karena aku malu. Entah karena egoku yang tak mengijinkan. Mana pun sama saja. Aku akan pasang tampang cool di depanmu (tapi sepertinya selalu gagal. hahahha.. Teman-temanku bilang, perasaanku sangat mudah dibaca.). Lalu bagaimana bisa kamu tidak tahu? Ah, terserahlah. Yang pasti aku senang. Kita bisa seperti dulu lagi. Seperti sebelum kita saling diam dan kamu hilang dariku. Aku senang karena karena kita dapat berdebat lagi. Dapat bercerita tentang segala macam.

Yang paling membuat aku senang, aku bisa membuatmu tertawa karena aku. Ingat saat aku menyisihkan wortel setengah matang dan kubis di piringku? Ingat apa yang aku katakan saat itu? Iya! Aku bilang, aku bukan kelinci, jadi aku gak makan wortel dan kubis yang setengah matang itu. Kamu bercerita kalau kamu bahkan suka ngemil wortel mentah. Berkata kalau itu baik untuk mata. Tapi aku tetap tidak mau. Kan sudah aku bilang, aku bukan kelinci. Kemudian kamu tertawa. Aku tertawa. Aku senang melihat tawamu yang karena aku.


Dari manusia bukan kelinci yang masih tidak suka wortel setengah matang apalagi mentah,

X

#2, Mulanya aku dan kamu

Dear ai,
Ingat bagaimana cerita kita bermula dulu saat kita sekolah? Hahahaha,. Kita sama-sama tidak mengerti apa itu cinta. Bedanya, aku juga tidak mengerti perasaanku padamu. Sedangkan kamu tau. Waktu itu aku bingung. Bingung sekali. Aku menikmati setiap obrolan kita. Menikmati perhatian-perhatian kecil yang kamu berikan. Aku orang yang cepat puas. Dan aku puas dengan kita yang seperti ini. Aku takut jika meminta lebih, kamu akan hilang. Bodohnya aku, aku meminta kita tetap sama. Aku takut. Benar-benar takut kehilangan kamu. Tapi tetap saja kamu hilang.

Kita tidak menjadi kita yang lama dan kamu pun hilang.

Aku kehilanganmu. Sangat kehilangan kamu. Kamu ingat aku mencoba berbicara? Kamu ingat kamu berkata apa? Haha.. Kamu bilang, kamu tidak bisa. Kamu bilang aku tidak bisa egois dan mendapatkan semua yang aku inginkan. Apa seharusnya kita mencoba menulis cerita bersama ya, saat itu, ai? Apa dengan begitu kita tidak saling menjauh? (Ah, keegoisanku. Maaf, ai..)



Cinta pertamamu (katamu),

X

#1, Halo. Maaf.

Dear ai,.
Maaf, tadinya aku ingin menyimpan ini untukku sendiri. Tapi aku tidak bisa. Aku yang memintamu. Aku yang melepasmu. Aku juga yang tidak dapat melupakanmu. Aku tidak tau, apa aku masih merupakan momok bagimu. Aku tidak tau pasti bagaimana kamu padaku saat itu atau sekarang. Kamu benar, aku memainkan dramaku sendiri. Aku menulis hal yang aku kira aku tau. Aku memutuskan hal yang aku kira benar. Semua sepihak. Coba aku tebak, apa kamu pernah (atau malah masih) merasa aku telah berlaku tidak adil? Ya, aku pun merasa begitu. Aku merasakan hukumannya. Kamu tidak hilang-hilang dari pikiranku. Aku masih berharap untuk kamu sapa setiap kita bertemu. Aku masih berharap kita dapat tertawa biasa saja seperti yang lainnya. Ah, sebentar, maaf, apa aku lagi-lagi mengira kamu tidak dapat tertawa biasa saja? Atau benar kamu tidak dapat tertawa biasa saja padaku?

Begini saja, biarkan aku menceritakan drama apa yang aku tuliskan di otakku. Kalau kamu membaca ini, kamu boleh membodoh-bodohi aku. Kamu boleh marah. Kamu boleh mendiamkan aku. (Walau aku sungguh tidak bisa menerima itu. Aku bukan orang yang mampu menahan diri padamu, ai). Apa pun. Tapi aku harap kamu jadi bisa lebih memaafkan aku. Jika ini malah membuatmu sakit hati, tolong maafkan aku. Sungguh aku tidak pernah bermaksud begitu. Jika ini membangkitkan ingatan yang tidak enak, tolong maafkan aku. Sungguh aku hanya bisa meminta maafmu. Aku ingin mencoba ini. Mencoba menuliskan semua yang ada dipikiranku. Aku harap, dengan begitu kamu dapat keluar sedikit demi sedikit dari sana. Dengan begitu, aku dapat merelakanmu.

Yang ingin melupakanmu,

X

Selasa, 12 November 2013

12.51

...
It's 12.51 and i thought my feelings were gone
but i'm lying on my bed
i'm not thinking of you again
...
and i am lying to the world..


it's really hard for me to erase this feeling for you..
i don't know, is it harder for you?

am i making it worse with my message to you?

i really am sorry..
but i miss you so much,.
so much that i can't hold myself to message you..


Sabtu, 09 November 2013

Alergi?

Kemarin waktu jatuh dan bikin kaki lumayan berdarah-darah ditanya dokter, "ada alergi obat?"
Jawabanku? "Saya alergi plester, dok.."

Dipikir-pikir lagi sekarang, emangnya plester itu obat ya? Hahahaha,.

Yah, setelah itu, aku dikasih plester warna putih judulnya 'hipafix', 
katanya sih ini plester hipoalergenik,. 
aku belum nemu sih maksud sebenarnya hipoalergenik itu apa..
menurut pencarian acak, plester yang gak hipoalergenik itu mengandung zinc oxide yang bersifat agresif sehingga dapat mengiritasi kulit dan mnyebabkan alergi..
plester gak hipoalergenik juga menggunakan lateks yang menimbulkan reaksi alergi pada beberapa orang..

Ya, karena kemarin itu akhir bulan dan hipafix itu mahalnya minta ampun buat kantongku, akhirnya aku mengganti plester putih hipoalergenik tadi dengan plester coklat biasa..
Hasilnya?
Gataaaallll sekali.
Area penempelan plester bengkak, bentol-bentol, gatal, merah.. Udah pasti pake banget itu tanda-tanda alergi. Alergi yang bikin sengsara setengah mati karena gimanapun gatalnya aku gak bisa garuk. (Ya, pilih mana coba? gatal tapi benang jahit tetapi ditempat, atau digaruk, kelegaan sesaat, lalu gatal lagi, dan kalo gak hati-hati benang jahit bisa tercabut?)

Nah,. pertanyaan sekarang adalah...
apa yang sebenarnya membuat aku alergi?
Zinc oxide? Sepertinya sih enggak. Aku baik-baik aja pake bedak gatal yang ada zinc oxide-nya..
Lateks? Selama penelitian aku pake sarung tangan lateks gak ada reaksi alergi..
Lalu apa? Apa karena plester yang gak hipoalergenik (contohnya plester coklat) itu tebal dan pori-porinya sangat kecil sedangkan plester hipoalergenik tipis dengan pori-pori yang lebih besar?
Apa menjaga plester tetap kering dan mengganti tiap hari itu belum cukup?

Yah.. Semua masih misteri..

Mas yang seperti bulan

Dulu, saat pertama kali aku bertemu denganmu, kamu bisa membuatku begitu tertarik padamu. Membuatku besar kepala, mengira dirimu tertarik padaku. Bodoh sekali aku. Dulu, aku selalu mencari-cari alasan agar aku bisa bertemu denganmu. Memandang punggungmu. Berbicara sedetik denganmu. Mendengar semenit tawamu. Melihat wajahmu yang lucu. Bulu matamu yang lebih lentik dari pada aku.

Aku selalu senang saat kamu mengirim SMS padaku. Berkata kamu merindukanku. Memintaku main ke tempatmu. Bodohnya, aku mau saja datang ke sana. Secepat yang aku bisa. Aku juga senang kamu memberiku panggilan yang berbeda dari teman-temanku. Rani. Katamu, Putri itu terlalu umum. Sial. Aku cemberut saat kamu mengatakan itu. Tapi senang juga kamu memberiku panggilan baru. Hanya kamu yang memanggilku seperti itu.

Aku juga senang kamu mendatangiku di sore itu. Sore saat aku dan orang tuaku akan pergi. Kamu berkeras ingin bertemu. Katamu, kamu sudah terlanjur membelikanku serabi notosuman. Bagaimana pun, aku harus membawanya. Lalu kamu bertemu orang tuaku. Menyerahkan sekotak serabi notosuman. Lalu pergi. Sebentar, tapi aku diinterogasi lamaaa sekali setelah itu. Gila. Gila sekali. Hahaha..

Kamu juga pernah membelikanku semangkok bakso solo. Atau ayam goreng yang tidak ada rasanya. Kita makan lamaaa sekali karena terlalu banyak ngobrol. Akhirnya kamu dimarahi atasanmu. Aku pun dimarahi nenekku. Lucu. Asyik sekali.

Aku ingat kamu alergi dingin. Aku pun begitu. Kita sama, tapi berbeda. Jika kedinginan, kulitmu akan memerah, bentol-bentol, dan gatal. Sedangkan aku hanya bersin tak henti. Pernah di suatu hari hujan dan aku menemanimu bekerja. Hujan turun begitu deras disertai angin yang dinginnya menusuk tulang. Saat itu aku bersin-bersin tanpa henti sambil tertawa. Bagaimana tidak, kamu terlihat seperti menari karena menggaruk punggung dan tangan dan kaki dan lehermu. Gatal katamu. Kamu cemberut saat itu. Tapi bagaimana lagi, kamu terlihat lucu. Akhirnya? Aku yang kena batunya. Pusing karena terlalu banyak bersin dan tertawa. Hahahaha..

Satu hal yang aku tidak suka dari kamu. Kamu mengirimiku SMS yang menakutkan ditengah malam. Mengatakan harimu tidak banyak lagi. Kamu sedang sakit parah. Dadamu rasanya sesak. Kamu akan pergi sangat jauh. Bukan cerita hantu yang menakutkan. Bukan cerita pembunuhan yang mengerikan. Tapi memikirkan keadaanmu yang terkesan buruk di SMS itu yang lebih menakutkan. Apalagi dilanjutkan oleh non aktifnya HPmu selama beberapa hari.

Jujur saja, aku marah. Aku sangat amat marah padamu. Berani-beraninya membuatku takut tanpa memberiku keterangan lebih lanjut. Berani-beraninya membuat aku khawatir tanpa menjawab kekhawatiran yang aku sampaikan. Sungguh aku marah padamu, juga pada diriku, karena sudah peduli padamu. Lalu aku berjanji akan mengabaikanmu. Aku pun mengabaikanmu.

Bertahun kemudian. Kamu menyapaku, menanyakan kabarku. Aku tersenyum menjawabmu. Kemarahanku sirna ditelan waktu. Kamu bercerita telah menemukan pekerjaan lain yang lebih jauh. Jauh. Tapi kamu nyaman berada di sana. Kamu berkata, itu adalah tempatmu. Aku mengiyakan. Apa pun. Yang penting kamu senang. Lalu kamu berkata, besok kamu akan mengikrarkan janji suci. Karena itu kamu ingin meminta do'a padaku.

Aku sempat diam, mencerna kata-katamu. Lalu aku tersadar. Tersenyum lebih lebar. Memelukmu. Rasa tertarik itu pun telah sirna ditelan waktu. Aku bahagia mendengarnya kataku. Aku senang kamu akhirnya menemukan pendamping hidupmu. Aku mendo'akanmu, meminta maaf karena tidak akan dapat hadir. Tapi aku benar-benar senang.




Selamat mas yang seperti bulan. Akhirnya akan ada yang menyelimutimu saat malam-malam dingin yang membuatmu gatal. Hahahhaa.. :))

Rabu, 30 Oktober 2013

Siapa sangka

Hingga satu tahun yang lalu aku tak pernah membayangkan diriku ada di sini. Membayangkan bertemu dengan lelaki yang aku inginkan untuk menemaniku seumur hidup pun tidak. Siapa sangka kamu muncul begitu tiba-tiba. Ya, kamu yang hanya pernah dua kali aku temui lima tahun yang lalu. Dua kali yang sangat singkat dan bahkan tidak aku ingat dengan jelas. Iya, kamu, yang bahkan satu tahun lalu aku lupa bahwa kita pernah saling kenal.

Hahahaha.. coba kita ingat-ingat lagi saat kamu menyapaku di facebook tahun lalu. Kamu tahu? Aku paling tidak suka dikira pelupa atau tidak ingat walau memang begitu adanya. Karena itu aku menjawab sapaanmu dengan sok percaya diri. Sok kenal. Sok ingat. Padahal namamu saja aku lupa. Wajahmu saja aku tidak ingat. Aku salah waktu itu. Tapi kamu tak berkomentar banyak. Hanya tertawa dan membenarkan kesoktauan yang salah itu. Ya ampun,. aku malu sekali sebenarnya. Tapi tentu saja aku sok tidak melakukan kesalahan apapun. Baiknya kamu tidak mengungkit kekurangajaranku itu.

Setelah itu biasa saja. Kadang kita bertukar sapa. Kadang berhari-hari kita tak berbicara. Yang menyenangkan buatku, kamu datang di hari ulang tahunku. Membawa coklat Monggo kesukaanku. Juga saat aku wisuda, kamu datang membawa seikat mawar kuning-oranye. Saat itu, kamu berkata sedang ingin mencari pendamping hidup. Saat itu kamu memintaku untuk melengkapi sisa hidupmu. Aku tak semudah itu percaya. Kamu? Dengan perempuan yang 'sok' ini? Kamu pasti bercanda. Iya, kan? Aku hanya tertawa waktu itu. Menantangmu untuk datang ke rumahku. 

Siapa sangka kamu benar-benar datang beberapa hari kemudian. Aku terkejut. Tapi hatiku senang. Aku tak menyangka kamu benar-benar memintaku pada ayah dan ibuku. Aku tak menyangka ayah-ibumu pun menerimaku yang seperti ini. Dan aku pun tak menyangka akan datang hari ini. Hari disaat kamu dan aku diikat dengan janji suci hingga ajal memisahkan kita. 

Selasa, 29 Oktober 2013

Sikapku

Kamu tau kenapa aku selalu bersikap dingin di depanmu?
Karena aku sedang berusaha menahan hatiku agar tidak jatuh padamu..

Kamu tau kenapa aku selalu diam di dekatmu?
Karena aku sedang berusaha menahan diriku agar tidak merasa nyaman denganmu..

Jika kamu mengira aku sudah jatuh padamu, mungkin sebenarnya kamu benar..
Tapi aku tidak mau mengakuinya..
Aku TIDAK BOLEH mengakuinya,.

Senin, 28 Oktober 2013

Jangan khawatir

Katamu aku lagi-lagi membandingkan kamu dengan dia. Maaf. Sungguh aku minta maaf. Aku benar-benar tidak menyadarinya. Katamu aku lagi-lagi membahas tentang dia. Maaf. Sungguh aku tidak bermaksud begitu. Aku mengerti bahwa kamu tidak suka. Aku pun akan merasakan hal yang sama jika kamu membicarakan perempuan itu. Tapi sungguh. Aku tidak sengaja melakukan ini. Maafkan aku.


Aku tak pernah bermaksud memintamu menjadi seperti dia. 
Untuk apa? 
Aku bersamamu sekarang karena kamu adalah dirimu sendiri. 
Bukan dia, bukan lelaki lain. 

Saat aku tanpa sadar bercerita tentang dia, itu hanya karena kenangan tentangnya muncul begitu saja. Misalnya saat kita duduk di serambi ini, memandang hujan. Dulu juga dia pernah menemaniku saat hujan seperti ini. Tapi berbeda, sayang. Kenangan tentang dia menyakitkan. Hujan membawa kesedihan jika itu tentang dia. Kamu dan hujan membawa hal lain. Senyum. Tawa. Cerita tanpa akhir. Lalu, ada pula kenyamanan di sana.

Jangan pernah sekalipun memikirkan aku akan kembali padanya, sayang. Kamulah yang aku pilih. Bukan dia. Jangan takut pikiranku melulu tentang dia, sayang. Jika kenangan tentang dia tiba-tiba muncul di kepalaku, percayalah pikiranku sedang mengeluarkannya untuk menggantinya dengan hal-hal tentangmu. Jangan takut aku akan meninggalkanmu, sayang. Aku mencintaimu. Membutuhkanmu. Mana mungkin aku akan pergi?

Jadi jangan khawatir..

Rabu, 16 Oktober 2013

JANGAN PERCAYA KASUR!

Satu hal yang harus selalu aku tanamkan dipikiranku setiap pulang :


 JANGAN PERCAYA KASUR!


Jangan percaya kasur itu bersih,
Jangan percaya seprainya habis diganti,

JANGAN PERNAH!!

Kapok sebadan bengkak, merah, panas, gatel
emoh lagi lagi..

Jumat, 04 Oktober 2013

Calzoone Express

Seperti biasa, hari minggu, dan aku bingung mau makan apa. Berasanya semua warung makan tutup di hari minggu #lebay aja sih sebenernya. Lalu teman-temanku mengajak makan calzone. Dari penampakannya, aku menyimpulkan bahwa calzone itu semacam pizza dengan kulit tipis yang dilipat dan pinggirnya di puntir-puntir. Oke, panjang banget yak,. singkatnya, pizza lipet atau pastel raksasa. Hahahaha,.
Dari berbagai pilihan isi aku memilih isian beef barbeque (15k), De pilih cheesy cheese (13k), Je pilih tuna melted (15k) dan semuanya di panggang. Oiya, fyi, bisa juga digoreng. Tapi kalo digoreng, berarti beneran namanya pastel raksasa dong? hahahaha.. Sedangkn minumnya, Es teh (4k), Es cappucinno (8k), es mochacinno (8k).

Di Calzone express ini kita harus ngambil sendiri pesanan kita setelah dipanggil. Karyawannya gak nganterin ke meja kita gitu. Gak masalah juga sih sebenernya, soalnya tempatnya juga gak terlalu besar. Jadinya jalan bolak-balik ambil pesanan minum dan calzone gak pegel-pegel amat. Nah, tempat yang gak terlalu besar ini sebenarnya ada gak enaknya juga. Tempat yang sempit gak memungkinkan dimasukkan meja yang agak besar. Meja yang disediakan di sana hanya meja kotak dengan dua tempat duduk. Kalau dateng berbanyakan jadi harus pindah-pindahin kursi. Padahal kursinya lumayan berat karena dari kayu, bukannya plastik. 
Oke, setelah akhirnya pesanan di ambil, aku langsung comot pizza lipet yang udah dibagi empat itu. Dan ternyata... isinya panas bangeet,. --a (namanya fresh from the oven, poet, ya panas lah,.). Rasanya, lumayan enaklah,. kejunya mulur-mulur parah tapi gak kebanyakan sampe bikin enek. Dari ketiga macam rasa yang kami pesan, rasa BBQ paling enak karena aku emang gak terlalu suka keju sedangkan tunanya berasa sarden. Oke gak segitunya sih, hanya saja aku emang rada sensitif sama makanan yang amis, hahaha.. Cappucinnonya enak! Berasa banget! Gak cuma 'air berasa cappucinno, tapi cappucinno beneran. Hahaha, lebay,.

Makan satu porsi calzone cukup bikin kenyang perutku yang emang gak muat banyak makanan. Tapi sayangnya kenyangnya gak tahan lama. Aku makan calzone jam 4 sore, jam 8 udah laper lagi (itu mah kamunya aja yang emang gampang laper, pu --a). Yah, begitulah.
Besok mau ke sini lagi sama dedew.. nyaammm...

Minggu, 29 September 2013

Belum cukup...

Aku tak mengerti sejak kapan aku merasa egois jika tentang kamu. Tak ingin melepaskan genggamanmu. Ingin berada di sampingmu. Ingin berlindung dalam rengkuhanmu. Ingin mengunci pandanganmu. Ingin memiliki suaramu, tawamu, senyummu, untukku sendiri.

Aku tak mengerti sejak kapan aku merasa egois jika tentang kamu. Perhatianmu yang untuk semua wanita itu. Jaket kesayangan yang kamu pakaikan ke sahabatmu itu. Perjalanan antar-kota dengan perempuan itu. Aku ingin semuanya. Untukku. Hanya untukku.

Dari semua itu, kamu hanya memandangku selama sepuluh detik. Kamu hanya mengenggam tanganku selama lima detik. Hanya berbicara 20 kata saat datang dan berpamitan. Semuanya belum cukup. Bagaimana semua itu mencukupi keegoisanku?  Bagaimana bisa?

Sabtu, 28 September 2013

#0, 22 dan kamu

22  dan kamu muncul di mimpiku pagi ini.


kita berbicara, bercerita, menyayangkan kepergianmu. Kita mulai bertengkar dan kamu menghindar.
"Sebenarnya apa yang salah? kenapa lagi-lagi seperti ini? kenapa kita selalu bertengkar?" Aku mulai merasa tidak enak badan dan perlahan-lahan menjauh dari suara-suara di sekitarku. Aku melihatmu panik memanggil namaku sebelum akhirnya aku jatuh dalam kegelapan.
Saat bangun, aku hanya melihat ibuku. Saat menanyakan tentangmu, ibuku memintaku untuk sabar."Kejadiannya begitu cepat. Dia hanya ingin segera menyelamatkanmu.."
"Apa-apaan?" pikirku. "Gak mungkin dia yang kecelakaan, kan?" tanyaku. Ibuku hanya berkata kamu ada di ICU.
Aku menangis. Aku benar-benar menangis saat itu. "Bodoh sekali sampai bisa seperti ini. Bagaimana kalau aku gak bisa melihat kamu lagi? Bagaimana kita bisa bertengkar lagi?" Aku menangis menuju ICU, tak memedulikan tatapan aneh orang-orang. "Bagaimana aku bisa bilang kalau aku cinta kamu?" tanpa sadar aku mengucapkan semua itu di sepanjang perjalananku.
Kamu tiba-tiba muncul dan menggenggam tangan kiriku. Aku terkejut, langsung jatuh terduduk, dan tambah keras menangis. "Aku kira kamu.." "Jangan kaya' gini lagi! Aku takut.. Aku sedih.."
"Maaf.." katamu, kamu berjongkok dan memelukku. "Aku pingin tau perasaanmu yang sebenarnya. Bukankah kamu juga bingung? Dengan begini kita tau, kan? sebenarnya kamu masih mencintaiku."
"Enggak!" kataku marah. "Aku gak suka! Gak suka!!" Marah, menangis, dan memelukmu. Aku lega kamu baik-baik saja. Sungguh. Tapi aku marah karena sudah membuatku khawatir. "Jangan kaya' gini lagi, ai,. jangan kaya' ginii lagi. Aku bisa mati sedih,.." 

.....

bagaimana ini, ai? aku pikir aku sudah melepaskanmu.. apa sebenarnya maksud mimpi ini? aku harus seperti apa? harus bagaimana?

Jumat, 06 September 2013

Kamu, Rumah

Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagiku. Mataku penuh dengan air mata yang kupertahankan agar tidak tumpah. Air mata yang membuat dadaku sesak. Saat tiba waktunya untuk pulang, kamu tidak tahu betapa leganya aku saat menemukanmu telah menantiku. Aku tau kamu menantiku cukup lama hanya untuk memastikan bahwa aku tidak perlu menunggumu dengan dada yang semakin sesak.
Saat kamu tersenyum dan merentangkan tanganmu, pertahananku runtuh. Saat kamu memelukku dan mengatakan "Kamu sudah bekerja keras. Sekarang istirahatlah..", aku hanya menangis.
Kamu adalah rumah. Tempat yang aman dan nyaman.

Jumat, 21 Juni 2013

Aku tau kata-kata yang meluncur dari bibirku sedetik lalu telah menyakiti hatimu. Aku bisa melihat kepedihan terpancar dari sana. Aku menyesal. Sungguh. Tapi kata-kata maaf itu tak juga terucap. Aku hampir yakin kamu akan mengalah dan membujukku seperti biasanya. Tapi kali ini aku salah.

"Kalau itu maumu." Hanya itu yang kamu ucapkan. Lalu kamu berbalik, mulai berjalan menjauh. Kepanikan melandaku. Aku berusaha meraih ujung kemejamu. Tapi kamu terlalu cepat, jemariku hanya meraih angin. Aku meraih tanganmu, berusaha menghentikanmu. Tapi jemarimu lepas begitu saja dari genggamanku. Kali ini aku berlari, menabrakkan diriku padamu, melingarkan lenganku di tubuhmu. "Maaf,. maafkan aku,. Tolong jangan pergi. Jangan tinggalkan aku."