Dear ai..
Ingat setelah kita jadi kita harus menjalani LDR? Sebenarnya dari awal aku sudah meragukannya. Aku tidak yakin aku bisa menjalani ini. Aku selalu meragukan pasangan yang LDR. Aku pun meragukan kita. Tidak. Aku meragukan diriku sendiri. Apa bisa? Aku sadar aku perempuan pencemburu. Aku juga sadar aku tidak suka mengakuinya padamu. Semua aku pendam sendiri. Membuatku takut sendiri. Membuatku khawatir sendiri. Seperti memainkan monolog yang menyesakkan.
Kamu ingat aku sering pergi karaoke berdua dengan Indra? Kamu ingat aku sering pergi makan dengan Fajar? Itu hasil reaksi cemburuku karena kamu begitu disayangi teman-temanmu. Karena kamu begitu baik hati dengan temanmu. Yah, mau bagaimana lagi, kan? Kamu memang sosok yang supel dan mudah berteman. Sedangkan aku selalu membangun bentengku sendiri sehingga semua takut mendekat. Bukan salahmu sebenarnya.
Ai, Saat hari hujan dan aku harus menunggu di kampus karena tidak membawa jas hujan, aku ingin kamu menjemputku. Saat aku kedinginan, aku ingin kamu menawarkan jaketmu padaku (walau aku akan menolak dengan perasaan senang, sungguh, aku kan tipe perempuan ribet yang bawa banyak barang ke mana2, mana mungkin aku melupakan jaket. Lagipula, kamu juga pasti kedinginan, kan? Aku gak akan setega itu). Saat aku sendirian, aku ingin kamu ada di sampingku untuk menemaniku. Saat aku sedih, aku ingin bahumu agar aku dapat bersandar dan menangis.
Tapi kamu ada jauh sekali di sana. Aku tidak tau dengan pasti dan seharusnya aku memiliki praduga tak bersalah, tapi pikiranku selalu mengkhianatiku. Membayangkan kamu menjemput temanmu yang perempuan. Meminjamkan jaketmu padanya. Menemani dia makan atau nonton atau karaoke. Meminjamkan bahumu saat dia menangis. Memberikan milikku ("yang seharusnya jadi milikku?" ah, aku merasa egois sekali. Tentu saja itu semua milikmu. Terserah kamu mau memberikannya pada siapa pun).
Ah, ai. Bukankah cinta itu percaya? Aku percaya padamu. Sungguh. Tidak susah sebenarnya mempercayaimu. Tapi aku tak dapat mempercayai diriku sendiri. Dan entah kenapa, entah dari mana, cemburu itu muncul. Menelanku dalam gelapnya, memisahkanku dari nyata. Aku hidup dalam duniaku. Dunia yang aku kira ada kamu. Lalu memisahkanku dari kamu.
Si Pencemburu,
X
Sabtu, 15 Februari 2014
#18, Pencemburu
Diposting oleh snaily di 00.21
Label: ai, surat cinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar