Katamu aku lagi-lagi membandingkan kamu dengan dia. Maaf. Sungguh aku minta maaf. Aku benar-benar tidak menyadarinya. Katamu aku lagi-lagi membahas tentang dia. Maaf. Sungguh aku tidak bermaksud begitu. Aku mengerti bahwa kamu tidak suka. Aku pun akan merasakan hal yang sama jika kamu membicarakan perempuan itu. Tapi sungguh. Aku tidak sengaja melakukan ini. Maafkan aku.
Aku tak pernah bermaksud memintamu menjadi seperti dia.
Untuk apa?
Aku bersamamu sekarang karena kamu adalah dirimu sendiri.
Bukan dia, bukan lelaki lain.
Saat aku tanpa sadar bercerita tentang dia, itu hanya karena kenangan tentangnya muncul begitu saja. Misalnya saat kita duduk di serambi ini, memandang hujan. Dulu juga dia pernah menemaniku saat hujan seperti ini. Tapi berbeda, sayang. Kenangan tentang dia menyakitkan. Hujan membawa kesedihan jika itu tentang dia. Kamu dan hujan membawa hal lain. Senyum. Tawa. Cerita tanpa akhir. Lalu, ada pula kenyamanan di sana.
Jangan pernah sekalipun memikirkan aku akan kembali padanya, sayang. Kamulah yang aku pilih. Bukan dia. Jangan takut pikiranku melulu tentang dia, sayang. Jika kenangan tentang dia tiba-tiba muncul di kepalaku, percayalah pikiranku sedang mengeluarkannya untuk menggantinya dengan hal-hal tentangmu. Jangan takut aku akan meninggalkanmu, sayang. Aku mencintaimu. Membutuhkanmu. Mana mungkin aku akan pergi?
Jadi jangan khawatir..
0 komentar:
Posting Komentar